Jumat, 10 Januari 2014

:: Sejarah Musik Reggae ::



Tahun 1968 banyak disebut sebagai tahun kelahiran musik reggae. Sebenarnya tidak ada kejadian khusus yang menjadi penanda awal muasalnya, kecuali peralihan selera musik masyarakat Jamaika dari Ska dan Rocsteady, yang sempat populer di kalangan muda pada paruh awal hingga akhir tahun 1960-an, pada irama musik baru yang bertempo lebih lambat : reggae. Boleh jadi hingar bingar dan tempo cepat Ska dan Rocksteady kurang mengena dengan kondisi sosial dan ekonomi di Jamaika yang sedang penuh tekanan.
Kata “reggae” diduga berasal dari pengucapan dalam logat Afrika dari kata “ragged” (gerak kagok–seperti hentak badan pada orang yang menari dengan iringan musik ska atau reggae). Irama musik reggae sendiri dipengaruhi elemen musik R&B yang lahir di New Orleans, Soul, Rock, ritmik Afro-Caribean (Calypso, Merengue, Rhumba) dan musik rakyat Jamaika yang disebut Mento, yang kaya dengan irama Afrika. Irama musik yang banyak dianggap menjadi pendahulu reggae adalah Ska dan Rocksteady, bentuk interpretasi musikal R&B yang berkembang di Jamaika yang sarat dengan pengaruh musik Afro-Amerika. Secara teknis dan musikal banyak eksplorasi yang dilakukan musisi Ska, diantaranya cara mengocok gitar secara terbalik (up-strokes) , memberi tekanan nada pada nada lemah (syncopated) dan ketukan drum multi-ritmik yang kompleks.
Teknik para musisi Ska dan Rocsteady dalam memainkan alat musik, banyak ditirukan oleh musisi reggae. Namun tempo musiknya jauh lebih lambat dengan dentum bas dan rhythm guitar lebih menonjol. Karakter vokal biasanya berat dengan pola lagu seperti pepujian (chant), yang dipengaruhi pula irama tetabuhan, cara menyanyi dan mistik dari Rastafari. Tempo musik yang lebih lambat, pada saatnya mendukung penyampaian pesan melalui lirik lagu yang terkait dengan tradisi religi Rastafari dan permasalahan sosial politik humanistik dan universal.
Album “Catch A Fire” (1972) yang diluncurkan Bob Marley and The Wailers dengan cepat melambungkan reggae hingga ke luar Jamaika. Kepopuleran reggae di Amerika Serikat ditunjang pula oleh film The Harder They Come (1973) dan dimainkannya irama reggae oleh para pemusik kulit putih seperti Eric Clapton, Paul Simon, Lee ‘Scratch’ Perry dan UB40. Irama reggae pun kemudian mempengaruhi aliran-aliran musik pada dekade setelahnya, sebut saja varian reggae hip hop, reggae rock, blues, dan sebagainya.
Jamaika
Akar musikal reggae terkait erat dengan tanah yang melahirkannya: Jamaika. Saat ditemukan oleh Columbus pada abad ke-15, Jamaika adalah sebuah pulau yang dihuni oleh suku Indian Arawak. Nama Jamaika sendiri berasal dari kosa kata Arawak “xaymaca” yang berarti “pulau hutan dan air”. Kolonialisme Spanyol dan Inggris pada abad ke-16 memunahkan suku Arawak, yang kemudian digantikan oleh ribuan budak belian berkulit hitam dari daratan Afrika. Budak-budak tersebut dipekerjakan pada industri gula dan perkebunan yang bertebaran di sana. Sejarah kelam penindasan antar manusia pun dimulai dan berlangsung hingga lebih dari dua abad. Baru pada tahun 1838 praktek perbudakan dihapus, yang diikuti pula dengan melesunya perdagangan gula dunia.
Di tengah kerja berat dan ancaman penindasan, kaum budak Afrika memelihara keterikatan pada tanah kelahiran mereka dengan mempertahankan tradisi. Mereka mengisahkan kehidupan di Afrika dengan nyanyian (chant) dan bebunyian (drumming) sederhana. Interaksi dengan kaum majikan yang berasal dari Eropa pun membekaskan produk silang budaya yang akhirnya menjadi tradisi folk asli Jamaika. Bila komunitas kulit hitam di Amerika atau Eropa dengan cepat luntur identitas Afrika mereka, sebaliknya komunitas kulit hitam Jamaika masih merasakan kedekatan dengan tanah leluhur.
Musik reggae sendiri pada awalnya lahir dari jalanan Getho (perkampungan kaum rastafaria) di Kingson ibu kota Jamaika. Inilah yang menyebabkan gaya rambut gimbal menghiasi para musisi reggae awal dan lirik-lirik lagu reggae sarat dengan muatan ajaran rastafari yakni kebebasan, perdamaian, dan keindahan alam, serta gaya hidup bohemian. Masuknya reggae sebagai salah satu unsur musik dunia yang juga mempengaruhi banyak musisi dunia lainnya, otomatis mengakibatkan aliran musik satu ini menjadi barang konsumsi publik dunia. Maka, gaya rambut gimbal atau dreadlock serta lirik-lirik ‘rasta’ dalam lagunya pun menjadi konsumsi publik. Dalam kata lain, dreadlock dan ajaran rasta telah menjadi produksi pop, menjadi budaya pop, seiring berkembangnya musik reggae sebagai sebuah musik pop.
Musik reggae, sebutan rastaman, telah menjadi satu bentuk subkultur baru di negeri ini, di mana dengannya anak muda menentukan dan menggolongkan dirinya. Di sini, musik reggae menjadi penting sebagai sebuah selera, dan rastaman menjadi sebuah identitas komunal kelompok social tertentu. Tinggal bagaimana para pengamat social dan juga para anggota komunitas itu memahami diri dan kultur yang dipilihnya, agar tidak terjadi penafsiran keliru yang berbahaya bagi mereka. Penggunaan ganja adalah salah satu contohnya, di mana reggae tidak identik dengan ganja serta rastafarianisme pun bukanlah sebuah komunitas para penghisap ganja.
Sebuah lagu dari “Peter Tosh” (nama aslinya Peter McIntosh), pentolan The Wairles yang akhirnya bersolo karier. Dalam lagu ini, Peter Tosh menyatakan dukungannya dan tuntutannya untuk melegalkan ganja. Karena lagu ini, ia sempat ditangkap dan disiksa polisi Jamaika.
Menurut sejarah Jamaica, budak yang membawa drum dari Africa disebut “Burru” yang jadi bagian aransemen lagu yang disebut “talking drums” (drum yang bicara) yang asli dari Africa Barat. “Jonkanoo” adalah musik budaya campuran Afrika, Eropa dan Jamaika yang terdiri dari permainan drum, rattle (alat musik berderik) dan conch tiup. Acara ini muncul saat natal dilengkapi penari topeng. Jonkanoos pada awalnya adalah tarian para petani, yang belakangan baru disadari bahwa sebenarnya mereka berkomunikasi dengan drum dan conch itu. Tahun berikutnya, Calypso dari Trinidad & Tobago datang membawa Samba yang berasal dari Amerika Tengah dan diperkenalkan ke orang - orang Jamaika untuk membentuk sebuah campuran baru yang disebut Mento. Mento sendiri adalah musik sederhana dengan lirik lucu diiringi gitar, banjo, tambourine, shaker, scraper dan rumba atau kotak bass. Bentuk ini kemudian populer pada tahun 20 dan 30an dan merupakan bentuk musik Jamaika pertama yang menarik perhatian seluruh pulaunya. Saat ini Mento masih bisa dinikmati sajian turisme. SKA yang sudah muncul pada tahun 40 - 50an sebenarnya disebutkan oleh History of Jamaican Music, dipengaruhi oleh Swing, Rythym & Blues dari Amrik. SKA sebenarnya adalah suara big band dengan aransemen horn (alat tiup), piano, dan ketukan cepat “bop”. Ska kemudian dengan mudah beralih dan menghasilkan bentuk tarian “skankin” pad awal 60an. Bintang Jamaica awal antara lain Byron Lee and the Dragonaires yang dibentuk pada 1956 yang kemudian dianggap sebagai pencipta “ska”. Perkembangan Ska yang kemudian melambatkan temponya pada pertengahan 60an memunculkan “Rock Steady” yang punta tune bass berat dan dipopulerkan oleh Leroy Sibbles dari group Heptones dan menjadi musik dance Jamaika pertama di 60an.
“Reggae & Rasta”
Bob Marley tentunya adalah bimtang musik “dunia ketiga” pertama yang jadi penyanyi group Bob Marley & The Wailers dan berhasil memperkenalkan reggae lebih universal. Meskipun demikian, reggae dianggap banyak orang sebagai peninggalan King of Reggae Music, Hon. Robert Nesta Marley. Ditambah lagi dengan hadirnya “The Harder they Come” pada tahun 1973, Reggae tambah dikenal banyak orang. Meninggalnya Bob Marley kemudian memang membawa kesedihan besar buat dunia, namun penerusnya seperti Freddie McGregor, Dennis Brown, Garnett Silk, Marcia Fiffths dan Rita Marley serta beberapa kerabat keluarga Marley bermunculan. Rasta adalah jelas pembentuk musik Reggae yang dijadikan senjata oleh Bob Marley untuk menyebarkan Rasta keseluruh dunia. Musik yang luar biasa ini tumbuh dari ska yang menjadi elemen style American R&B dan Carribean. Beberapa pendapat menyatakan juga ada pengaruh : folk music, musik gereja Pocomania, Band jonkanoo, upacara - upacara petani, lagu kerja tanam, dan bentuk mento. Nyahbingi adalah bentuk musik paling alami yang sering dimainkan pada saat pertemuan - pertemuan Rasta, menggunakan 3 drum tangan (bass, funde dan repeater : contoh ada di Mystic Revelation of Rastafari). Akar reggae sendiri selalu menyelami tema penderitaan buruh paksa (ghetto dweller), budak di Babylon, Haile Selassie (semacam manusia dewa) dan harapan kembalinya Afrika. Setelah Jamaica merdeka 1962, buruknya perkembangan pemerintahan dan pergerakan Black Power di US kemudian mendorong bangkitnya Rasta. Berbagai kejadian monumentalpun terjadi seiring perkembangan ini.
“Apa sih Reggae”
Reggae sendiri adalah kombinasi dari iringan tradisional Afrika, Amerika dan Blues serta folk (lagu rakyat) Jamaika. Gaya sintesis ini jelas menunjukkan keaslian Jamaika dan memasukkan ketukan putus - putus tersendiri, strumming gitar ke arah atas, pola vokal yang ‘berkotbah’ dan lirik yang masih seputar tradisi religius Rastafari. Meski banyak keuntungan komersial yang sudah didapat dari reggae, Babylon (Jamaika), pemerintah yang ketat seringkali dianggap membatasi gerak namun bukan aspek politis Rastafarinya. “Reg-ay” bisa dibilang muncul dari anggapan bahwa reggae adalah style musik Jamaika yang berdasar musik soul Amerika namun dengan ritem yang ‘dibalik’ dan jalinan bass yang menonjol. Tema yang diangkat emang sering sekitar Rastafari, protes politik, dan rudie (pahlawan hooligan). Bentuk yang ada sebelumnya (ska & rocksteady) kelihatan lebih kuat pengaruh musik Afrika - Amerika-nya walaupun permainan gitarnya juga mengisi ‘lubang - lubang’ iringan yang kosong serta drum yang kompleks. Di Reggae kontemporer, permainan drum diambil dari ritual Rastafarian yang cenderung mistis dan sakral, karena itu temponya akan lebih kalem dan bertitik berat pada masalah sosial, politik serta pesan manusiawi.
“Tidak asli Jamaika”
Reggae memang adalah musik unik bagi Jamaika, ironisnya akarnya berasal dari New Orleans R&B. Nenek moyang terdekatnya, ska berasal berasal dari New Orleans R&B yang didengar para musisi Jamaika dari siaran radio Amrik lewat radio transistor mereka. Dengan berpedoman pada iringan gitar pas - pasan dan putus - putusadalah interprestasi mereka akan R&B dan mampu jadi populer di tahun 60an. Selanjutnya semasa musim panas yang terik, merekapun kepanasan kalo musti mainin ska plus tarinya, hasilnya lagunya diperlambat dan lahirlah Reggae. Sejak itu, Reggae terbukti bisa jadi sekuat Blues dan memiliki kekuatan interprestasi yang juga bisa meminjam dari Rocksteady (dulu) dan bahkan musik Rock (sekarang). Musik Afrika pada dasarnya ada di kehidupan sehari-hari, baik itu di jalan, bus, tempat umum, tempat kerja ato rumah yang jadi semacam semangat saat kondisi sulit dan mampu memberikan kekuatan dan pesan tersendiri. Hasilnya, Reggae musik bukan cuma memberikan relaksasi, tapi juga membawa pesan cinta, damai, kesatuan dan keseimbangan serta mampu mengendurkan ketegangan.
“It’s Influences”
Saat rekaman Jamaika telah tersebar ke seluruh dunia, sulit rasanya menyebutkan berapa banyak genre musik popular sebesar Reggae selama dua dekade. Hits - hits Reggae bahkan kemudian telah dikuasai oleh bintang Rock asli mulai Eric Clapton sampai Stones hingga Clash dan Fugees. Disamping itu, Reggae juga dianggap banyak mempengaruhi pesona tari dunia tersendiri. Budaya ‘Dancehall’ Jamaika yang menonjol plus sound system megawatt, rekaman yang eksklusif, iringan drum dan bass, dan lantunan rap dengan iringannya telah menjadi budaya tari dan tampilan yang luar biasa.Inovasi Reggae lainnya adalah Dub remix yang sudah diasimilasi menjadi musik populer lainnya lebih luas lagi.

Sejarah dan Perkembangan Musik Pop di Indonesia



Musik ini berkembang di Indonesia sekitar tahun 1960-an dan banyak digemari masyarakat khususnya kaum muda atau remaja. Grup musik pop sering disebut dengan sebutan band yang menggunakan peralatan elektronik atau modern. Instrumen yang wajib ada dalam bentuk grup sederhanannya antara lai, Drum, gitar melodi dan rhythm, piano, dan bass gitar.


Musik pop di Indonesia diawali oleh sebuah grup yang cukup terkenal pada tahun 1970-an. Nama grup ini adalah koes plus. Grup ini menjadi legendaris di Indonesia karena puluhan lagu, bahkan ratusan lahir dari kelompok musik ini, dari yang versi pop, pop jawa, irama melayu, dangdut, pop anak-anak, lagu berbahasa Inggris, irama keroncong, folk song, dan hard beat. Baru-baru ini namanya diabadikan sebagai kelompok musik dengan lagu terbanyak di Museum RecordIndonesia (MURI). Lagu mereka sungguh sederhana baik dalam syair, musik, maupun melodi. Ciri khasnya adalah perpaduan suara antara vokalis mereka (Yon dan Yok) yang khas. Lagu-lagu mereka masih tetap digemari sampai sekarang.


Salah satu ciri musik pop adalah penggunaan ritme yang terasa bebas.dengan mengutamakan permainan drum dan gitar bass. Komposisi melodinya juga mudah dicerna. Biasanya, para musisinya juga menambahkan aksesori musik dan gaya yang beraneka ragam untuk menambah daya tarik dan pemahaman bagi para penikmatnya.

Musik pop dibedakan atas musik pop anak-anak dan musik pop dewasa. Musik pop anak umumnya memiliki bentuk yang lebih sederhana dan memiliki syair yang lebih pendek. Selain itu, komposisi musiknya tidak terlalu kompleks dengan rentan nada yang tidak terlalu tinggi maupun terlalu rendah. Tema syair musik pop anak-anak biasanya berkisar pada hal-hal yang mendidik, seperti mencintai orang tua, Tuhan, Sekolah, dan Tanah Air.

Sebaliknya, musik pop dewasa umumnya lebih kompleks dengan alunan melodinya lebih bebas dengan improvisasinya lebih banyak, namun ringan. Tema-tema syairnya pun lebih bervariasi, dari kehidupan remaja, percintaan, sampai masalah kritik sosial.

Beberapa musisi dan grup band pop indonesia antara lain, Titiek Puspa, Chrisye, Katon Bagaskara, Melly Goeslaw, grup band Peterpan, Ada Band, Kla Project dan sebagainya. Serta dengan artis indonesia antara lain, Kris dayanti, Ari laso, Ruth Sahanaya, dan lain-lain.

Kelompok ini dibentuk pada tahun 1969, sebagai kelanjutan dari kelompok Koes Bersaudara. Koes Bersaudara menjadi pelopor musikpop and rock ‘n roll, bahkan pernah dipenjara karena musiknya yang dianggap mewakili aliran politik kapitalis. Di saat itu sedang garang-garangnya gerakan anti kapitalis di Indonesia.

Sekitar tahun 1976, Koes Plus mulai redup, mungkin karena generasi yang berganti dan selera musik masyarakat yang terusberkembang. Sekitar 1978, Koes Plus benar-benar lesu. Kelesuannya digantikan oleh penyanyi solo ataupun grup yang terus menerus berganti dari tahun ke tahun. Sekitar tahun 1970 sampai 1980-an musik pop Indonesia dihiasi oleh kelompok musik antara lain Koes Plus, Mercy’s, Panber’s, D’Lloyd. Selanjutnya, akhir-akhir ini masuk kelompok-kelompok musik baru seperti Gigi, Sheila On 7 Peterpan, dan Radja.

Inilah gambaran bahwa musik pop akan sangat terkenal dalam kurun waktu tertentu dan akan segera menghilang. Setelah menghilangnya Koes Plus sebagai pelopor musik pop di Indonesia, maka muncul lagi generasi musik pop berikutnya.

Sejarah Musik di dunia

Sebuah ternama dinasti Tang, guqin “Xiao Jiu Huan Pei”. Guqin telah dimainkan sejak zaman kuno, dan secara tradisional telah disukai oleh para sarjana dan sastrawan sebagai instrumen kehalusan besar dan perbaikan.Sejarah musik, kadang-kadang disebut musikologi historis, adalah subfield sangat beragam dari disiplin yang lebih luas ofmusicology yang mempelajari komposisi, kinerja, penerimaan, dan kritik musik dari waktu ke waktu. Studi sejarah musik adalah untuk misalnya peduli dengan kehidupan komposer dan karya, perkembangan gaya dan genre (seperti konserto barok), fungsi sosial musik untuk kelompok orang tertentu (seperti musik di pengadilan), atau mode kinerja di tempat tertentu dan waktu (seperti angkatan kinerja paduan suara Johann Sebastian Bach di Leipzig).Dalam teori, “sejarah musik” bisa mengacu pada studi sejarah dari setiap jenis atau genre musik (misalnya, sejarah musik ofIndian atau sejarah batuan). Dalam prakteknya, ini topik penelitian hampir selalu dikategorikan sebagai ofethnomusicology bagian atau kajian budaya, apakah atau tidak mereka etnografis berbasis.Metode sejarah musik termasuk studi sumber (esp. studi manuskrip), paleografi, filologi (kritik terutama tekstual), kritik gaya, historiografi (pilihan metode historis), analisis musik, dan ikonografi. Penerapan analisis musik untuk lebih tujuan ini sering merupakan bagian dari sejarah musik, meskipun analisis murni atau pengembangan alat-alat baru analisis musik lebih mungkin untuk dilihat dalam bidang teori musik.(Untuk pembahasan lebih rinci tentang metode lihat bagian tentang “Penelitian di Sejarah Musik” di bawah) Beberapa produk intelektual sejarawan musik termasuk edisi karya musik, biografi dari komposer dan musisi lainnya, studi tentang hubungan antara kata-kata dan musik , dan refleksi atas tempat musik di masyarakat.Isi [hide]
Meskipun sebagian besar pemain instrumen klasik dan tradisional menerima beberapa instruksi dalam musik, pop, atau rock and roll dari guru sejarah selama pelatihan mereka, mayoritas kursus sejarah musik formal yang ditawarkan di tingkat perguruan tinggi. Di Kanada, beberapa siswa menerima pelatihan musik sebelum studi sarjana karena pemeriksaan dalam sejarah musik (serta teori musik) diminta untuk melengkapi Kerajaan sertifikasi Conservatory di tingkat 9 Grade dan lebih tinggi. Khususnya di Amerika Serikat dan Kanada, program universitas cenderung dibagi menjadi dua kelompok: satu jenis yang akan diambil oleh siswa dengan teori musik sedikit atau tidak ada atau kemampuan untuk membaca musik (sering disebut apresiasi musik) dan yang lainnya untuk lebih banyak siswa melek musik (sering mereka berencana membuat karir di musik).Kebanyakan lembaga menengah dan besar akan menawarkan kedua jenis program.Kedua jenis program biasanya akan berbeda dalam panjang (1-2 semester vs 2-4), luasnya (kursus musik banyak penghargaan mulai pada era Baroque atau klasik-an dan mungkin menghilangkan musik setelah Perang Dunia II saat kursus untuk jurusan tradisional rentang periode dari Abad Pertengahan untuk kali terakhir), dan kedalaman.Kedua jenis program cenderung untuk menekankan keseimbangan antara akuisisi perbendaharaan musik (sering ditekankan melalui ujian mendengarkan), studi dan analisis karya-karya ini, detail biografi dan budaya musik dan musisi, dan menulis tentang musik, mungkin melalui kritik musik.Seminar lebih khusus dalam sejarah musik cenderung menggunakan pendekatan yang sama pada subjek sempit sambil memperkenalkan lebih dari alat-alat penelitian di sejarah musik (lihat di bawah). Kisaran topik yang mungkin hampir tak terbatas.Beberapa contoh mungkin “Musik selama Perang Dunia I,” “musik Abad Pertengahan dan Renaissanceinstrumental,” “Musik dan Proses,” “Mozart Don carlos mil teman.” Di Amerika Serikat, seminar ini umumnya diambil oleh mahasiswa maju dan mahasiswa pascasarjana, meskipun di negara-negara Eropa mereka sering membentuk tulang punggung pendidikan musik sejarah.Metode dan alat-alat sejarah musik hampir sama banyak sebagai subyek dan karenanya membuat kategorisasi yang ketat mustahil. Namun, beberapa tren dan pendekatan dapat diuraikan di sini. Seperti dalam setiap disiplin sejarah lainnya, kebanyakan penelitian dalam sejarah musik dapat dibagi menjadi dua kategori: menetapkan data faktual dan benar dan interpretasi data. Sebagian besar penelitian sejarah tidak jatuh ke dalam satu kategori semata-mata, melainkan menggunakan kombinasi metode dari kedua kategori. Hal ini juga harus dicatat bahwa tindakan menetapkan data faktual tidak pernah dapat sepenuhnya terpisah dari tindak penafsiran.Penelitian sumber. Keinginan untuk mengkaji sumber-sumber musik yang paling dekat dengan komposer atau periode yang diproduksi telah membuat manuskrip, arsip, dan studi sumber penting di hampir setiap bidang musikologi. Dalam musik awal khusus, penelitian naskah mungkin satu-satunya cara untuk mempelajari karya diedit. Studi tersebut dapat menjadi rumit oleh kebutuhan untuk menguraikan bentuk-bentuk sebelumnya notasi musik. Studi Naskah juga dapat memungkinkan peneliti untuk kembali ke versi pekerjaan sebelum intervensi editor kemudian, mungkin sebagai dasar untuk edisi sendiri.
Pertanyaan-pertanyaan seperti “Mengapa Beethoven mencoret nama Napoleon dari halaman judul nya simfoni Eroica?” yang menarik bagi sejarawan musikPekerjaan arsip dapat dilakukan untuk menemukan koneksi ke musik atau musisi dalam sebuah koleksi dokumen kepentingan yang lebih luas (misalnya, Vatikan membayar catatan, surat ke pelindung seni) atau lebih sistematis mempelajari kumpulan dokumen yang terkait dengan seorang musisi. Dalam beberapa kasus, di mana catatan, nilai, dan surat-surat telah didigitalkan, pekerjaan arsip dapat dilakukan secara online. Salah satu contoh dari komposer untuk siapa bahan-bahan arsip dapat diperiksa online adalah Arnold Schoenberg Pusat. [1]Praktek kinerja mengacu pada banyak alat-alat musikologi historis untuk menjawab pertanyaan spesifik bagaimana musik dilakukan di berbagai tempat di berbagai kali di masa lalu. Sarjana menyelidiki pertanyaan-pertanyaan seperti yang instrumen atau suara digunakan untuk melakukan kerja tertentu, apa tempo (atau perubahan tempo) digunakan, dan bagaimana (atau jika) ornamen yang digunakan. Althoughperformance praktik sebelumnya terbatas pada musik awal dari era Baroque, sejak tahun 1990-an, penelitian dalam praktek kinerja telah memeriksa era sejarah lainnya, seperti bagaimana konserto piano klasik era awal dilakukan, bagaimana sejarah awal rekaman mempengaruhi penggunaan vibrato di musik klasik, atau yang instrumen yang digunakan dalam musik Klezmer.Studi biografis komposer dapat memberikan pengertian yang lebih baik dari kronologi komposisi, pengaruh pada gaya dan bekerja, dan memberikan latar belakang penting untuk penafsiran (dengan penyanyi atau pendengar) karya. Dengan demikian biografi dapat membentuk satu bagian dari penelitian yang lebih besar tentang pentingnya budaya, program yang mendasari, atau agenda kerja, sebuah studi yang diperoleh pentingnya peningkatan pada tahun 1980 dan awal 1990-an.Studi sosiologis fokus pada fungsi musik dalam masyarakat serta maknanya bagi individu dan masyarakat secara keseluruhan. Para peneliti menekankan pentingnya sosial musik (termasuk musik klasik) kadang-kadang disebut ahli musik baru.Studi semiotik yang paling konvensional provinsi analis musik daripada sejarawan.Namun, penting untuk praktek semiotika musik – penafsiran makna dalam sebuah karya atau gaya – adalah situasi dalam konteks sejarah. Pekerjaan interpretatif cendekiawan seperti Kofi Agawu dan Lawrence Kramer jatuh antara analitik dan musik historis.Sejarah
Sebelum 1800Studi pertama dari tanggal sejarah Barat musik kembali ke pertengahan abad ke-18.G.B. Martini menerbitkan sejarah tiga volume yang berjudul Storia della musica (Sejarah Musik) antara 1757 dan 1781. [Martin Gerbert] menerbitkan dua volume sejarah musik suci berjudul De de musica sacra Cantù pada tahun 1774. Gerbert diikuti pekerjaan ini dengan pekerjaan volume tiga Scriptores ecclesiastici de musica sacra yang berisi tulisan-tulisan signifikan pada musik suci dari abad ke-3 pada tahun 1784.1800-1950


Ludwig van Beethoven naskah sketsa untuk Piano Sonata No 28 Gerakan IV, Geschwind, doch nicht zu sehr und mit Entschlossenheit (Allegro), dalam tulisan tangan sendiri. Potongan selesai pada 1816.Pada abad ke-20, karya Johannes Wolf dan lain-lain dikembangkan studi di musik Abad Pertengahan dan awal Renaissance musik. Wolf tulisan tentang sejarah notasi musik dianggap sangat penting oleh ahli musik. Musikologi historis telah memainkan peran penting dalam minat baru dalam musik Barok serta musik abad pertengahan dan Renaissance. Secara khusus, gerakan kinerja otentik berutang banyak untuk beasiswa musicological sejarah. Menjelang pertengahan abad ke-20, musikologi (dan subfield terbesar dari musikologi historis) diperluas secara signifikan sebagai bidang studi.Bersamaan jumlah jurnal musicological dan musik meningkat untuk membuat outlet lebih lanjut untuk publikasi penelitian. Dominasi beasiswa bahasa Jerman surut sebagai jurnal signifikan bermunculan di seluruh Barat, khususnya Amerika.Kritik
Pengecualian disiplin dan musikDalam definisi yang paling sempit, musikologi sejarah adalah sejarah musik budaya Barat. Seperti definisi sewenang-wenang termasuk disiplin ilmu selain sejarah, budaya selain Barat, dan bentuk-bentuk musik selain “klasik” (“seni”, “serius”, “budaya tinggi”) atau dinotasikan (“buatan”) – menyiratkan bahwa dihilangkan disiplin, budaya, dan gaya musik / genre yang entah bagaimana rendah. Sebuah definisi yang lebih luas agak menggabungkan semua humaniora musik masih bermasalah, karena sewenang-wenang tidak termasuk (alam) ilmu yang relevan (akustik, psikologi, fisiologi, ilmu saraf, informasi dan ilmu komputer, sosiologi empiris dan estetika) serta praktik musik. Sub-disiplin musicological ofmusic teori dan analisis musik juga telah historis agak gelisah dipisahkan dari definisi yang paling sempit musikologi historis.Dalam musikologi historis, sarjana telah enggan untuk mengadopsi pendekatan postmodern dan kritis yang umum di tempat lain di humaniora. Menurut Susan McClary (2000, hal 1285) disiplin “musik tertinggal seni lainnya; itu mengambil ide dari media lain hanya ketika mereka telah menjadi ketinggalan zaman.” Hanya di tahun 1990-an memang ahli musik sejarah, didahului oleh ahli musik feminis di akhir 1980-an, mulai untuk mengatasi masalah seperti jender, seksualitas, tubuh, emosi, dan subjektivitas yang mendominasi humaniora selama dua puluh tahun sebelum (ibid, hal 10). Dengan kata McClary itu (1991, hal 5), “Ia tampaknya hampir musikologi yang berhasil ajaib untuk lulus langsung dari pra-ke postfeminism tanpa harus mengubah – atau bahkan memeriksa -. Cara nya” Selanjutnya, dalam pembahasan tentang musikologi dan musik rock, Susan McClary dan Robert Walser juga alamat perjuangan kunci dalam disiplin: bagaimana musikologi sering “dismisse [d] pertanyaan sosio-musik interaksi dari tangan, bagian dari kebesaran musik klasik dianggap berasal otonomi dari masyarakat. “ (1988, hal 283)Pengecualian musik populerMenurut Richard Middleton, kritik terkuat (sejarah) musikologi telah bahwa pada umumnya mengabaikan musik populer. Meskipun studi musicological musik populer telah jauh meningkat dalam jumlah baru-baru ini, pernyataan Middleton di tahun 1990-yang paling utama “karya musikologi, teoritis atau sejarah, bertindak seolah-olah musik populer tidak ada” – berlaku. Akademik dan pelatihan konservatori biasanya hanya perifer alamat ini spektrum yang luas dari musik, dan banyak (sejarah) ahli musik yang “baik menghina dan merendahkan mencari jenis produksi, bentuk musik, dan mendengarkan yang mereka persekutukan dengan jenis musik yang berbeda .. ’musik klasik’. … dan mereka biasanya menemukan musik populer kurang “Dia menyebutkan tiga aspek utama dari masalah ini (hal. 104-6). Terminologi musikologi historis “miring oleh kebutuhan dan sejarah dari musik tertentu (‘musik klasik’).” Dia mengakui bahwa “ada kosa kata yang kaya untuk daerah tertentu [harmoni, nada suara, bagian menulis-tertentu dan bentuk], penting dalam korpus khas musikologi itu”, namun ia menunjukkan bahwa ada “sebuah kosakata miskin untuk daerah lain [ritme, pitch nuansa dan gradasi, dan timbre], yang kurang berkembang dengan baik “dalam musik klasik. Middleton berpendapat bahwa sejumlah “istilah yang sarat muatan ideologis” dalam bahwa “mereka selalu melibatkan selektif, dan sering tidak sadar dirumuskan, konsepsi apa yang musik.”Selain itu, ia mengklaim bahwa musikologi historis menggunakan “metodologi miring oleh karakteristik notasi,” ‘centricity notasi’ (Tagg 1979, hal 28-32). Akibatnya “metode musicological cenderung parameter-parameter latar musik yang dapat dengan mudah dinotasikan” seperti hubungan pitch atau hubungan antara kata dan musik. Di sisi lain, musikologi historis cenderung “mengabaikan atau mengalami kesulitan dengan parameter yang tidak mudah dinotasikan”, seperti warna nada atau irama non-Barat.Selain itu, ia mengklaim bahwa “notasi-sentris pelatihan” sekolah musik Barat “menginduksi bentuk-bentuk tertentu mendengarkan, dan ini kemudian cenderung diterapkan ke semua jenis musik, tepat atau tidak”. Akibatnya, siswa musik Barat dilatih dalam musikologi historis dapat mendengarkan funk atau lagu latin yang sangat berirama kompleks, tapi kemudian menganggapnya sebagai sebuah karya musik tingkat rendah karena memiliki melodi yang sangat sederhana dan hanya menggunakan dua atau tiga akord .Notasi centricity juga mendorong “reifikasi: skor datang untuk dilihat sebagai ‘musik’, atau mungkin musik dalam bentuk yang ideal.” Dengan demikian, musik yang tidak menggunakan nilai tertulis, seperti jazz, blues, atau rakyat, dapat menjadi diturunkan ke tingkat yang lebih rendah status. Selain itu, musikologi historis “ideologi miring oleh asal-usul dan perkembangan tubuh tertentu musik dan estetika … Hal itu muncul pada saat tertentu, dalam konteks tertentu – Eropa abad kesembilan belas, khususnya Jerman – dan di dekat asosiasi dengan gerakan dalam praktek musik dari periode yang kodifikasi perbendaharaan yang sangat kemudian dibawa oleh musikologi sebagai pusat perhatian. “ Masalah-masalah terminologi, metodologis, dan ideologi mempengaruhi bahkan bekerja symphathetic musik populer.
Namun, itu bukanlah “musikologi yang tidak bisa memahami musik populer, atau bahwa siswa musik populer harus meninggalkan musikologi”